Whisky galore movie – Generasi Z kini tak lagi mengandalkan Google untuk mencari informasi. Mereka lebih memilih menggunakan platform media sosial seperti TikTok. Fenomena ini menjadi perhatian para analis dan mendorong Google untuk menyusun ulang strateginya.
“Baca Juga: 7 Fakta Clair Obscur Game Turn-Based yang Viral 2025“
Istilah “Googling” Mulai Ditinggalkan
Istilah “Googling” dulu digunakan untuk menggambarkan aktivitas mencari informasi di internet melalui Google. Larry Page, salah satu pendiri Google, memperkenalkan istilah ini sebelum perusahaan berdiri pada 1998. Bahkan, pada Juni 2006, istilah ini resmi masuk ke dalam Oxford English Dictionary.
Namun kini, istilah tersebut tidak lagi akrab di kalangan Gen-Z. Menurut laporan Bernstein Research, generasi muda lebih sering menyebut aktivitas mereka sebagai “searching,” bukan “Googling.”
Survei: TikTok Jadi Mesin Pencari Baru Gen-Z
Survei yang dilakukan Forbes Advisor dan Talker Research pada April 2024 terhadap 2.000 warga Amerika menunjukkan tren yang signifikan. Sebanyak 45 persen Gen-Z lebih memilih melakukan “pencarian sosial” melalui TikTok dan Instagram daripada menggunakan Google.
Sementara itu, Google masih dipakai oleh 35 persen milenial, 20 persen Gen-X, dan kurang dari 10 persen baby boomer. Bahkan, ketika Gen-Z mulai dewasa, mereka tetap mengandalkan media sosial untuk mencari informasi.
Gen-Z Gunakan Media Sosial untuk Banyak Hal
Analis Bernstein, Mark Shmulik, menyebut Gen-Z semakin aktif mencari rekomendasi restoran lewat TikTok. Mereka juga langsung membuka Amazon untuk belanja dan memakai ChatGPT untuk menyelesaikan tugas sekolah.
Media sosial kini tidak hanya menjadi tempat hiburan, tetapi juga sebagai pusat pencarian informasi. Instagram dan TikTok pun beradaptasi dengan kebutuhan ini. Mereka mulai membangun platform e-commerce yang terintegrasi langsung dengan konten.
Google Akui Kehilangan Perhatian Generasi Muda
Wakil Presiden Senior Google, Prabhakar Raghavan, mengakui bahwa sekitar 40 persen anak muda tak lagi menggunakan Google Maps atau Google Search untuk mencari tempat makan.
“Mereka langsung membuka TikTok atau Instagram,” kata Raghavan dalam konferensi Brainstorm Tech 2022.
Google kini mencoba beradaptasi. Mereka mulai mengembangkan fitur-fitur baru berbasis teknologi AI dan realitas tertambah (AR).
Google Luncurkan Fitur Canggih untuk Mengejar Ketertinggalan
Google berinvestasi dalam pengembangan fitur-fitur pencarian visual. Mereka mengenalkan fitur multipencarian, yang memungkinkan pengguna mencari menggunakan kombinasi gambar dan teks. Ada juga fitur “dekat saya” yang membantu menemukan layanan terdekat.
Selain itu, Google juga menguji fitur Ask Photos, yang memanfaatkan teknologi Gemini AI. Fitur ini memungkinkan pengguna menanyakan informasi berdasarkan foto, seperti lokasi restoran terakhir yang dikunjungi.
“Ekspektasi generasi baru menuntut fondasi teknologi yang benar-benar berbeda,” ujar Raghavan.
Gen Alpha Ikut Tren Belanja Sosial
Tidak hanya Gen-Z, generasi setelahnya, yaitu Gen Alpha, juga mulai aktif menggunakan platform sosial. Laporan NielsenIQ tahun 2023 menunjukkan bahwa anak-anak ini sudah menghabiskan lebih dari dua jam seminggu untuk berbelanja online. Mereka tumbuh dengan kebiasaan konsumsi digital yang lebih tinggi.
“Baca Juga: 2 ABG Viral Berkelahi demi Konten Sensasi di Medsos“
Kesimpulan:
Perubahan kebiasaan pencarian informasi dari mesin pencari ke media sosial menjadi tantangan besar bagi Google. Generasi muda menginginkan informasi cepat, visual, dan berbentuk pengalaman langsung. TikTok dan Instagram menjawab kebutuhan itu dengan baik.
Jika tidak segera berinovasi, dominasi Google sebagai rujukan utama pencarian informasi akan terus tergerus.