Batasan Bercanda dengan Anak di Media Sosial

Whisky galore movie -Konten tersebut memicu perdebatan sengit antara pendukung dan penentang tentang sejauh mana batasan bercanda dengan anak. Berikut adalah ringkasan pro-kontra yang berkembang serta pandangan ahli mengenai topik ini.

Pro-Kontra: Apakah Bercanda dengan Anak Ada Aturannya?

Konten kreator keluarga ini, yang dikenal di media sosial X, sering mengunggah video yang menampilkan interaksinya dengan anaknya, termasuk bercanda hingga membuat anaknya menangis. Ini menimbulkan pro-kontra di kalangan netizen.

“Baca juga: Superman Tanpa Efek Super, Sebuah Perubahan Paradigma”

Beberapa pengguna, seperti @can_***it, mendukung gaya parenting tersebut, menilai bahwa candaan tersebut menunjukkan kedekatan dan cara orang tua dalam mendidik anak menjadi mandiri. “Lihat anak belum genap 3 tahun sudah pintar makan sendiri, mandiri, mau berusaha pake sumpit sendiri. Bangga bisa didik anak jadi mandiri sejak kecil,” tulisnya.

Namun, tidak sedikit pula yang mengkritik, seperti yang disampaikan netizen lainnya. Mereka merasa bahwa candaan yang melibatkan anak sampai menangis dapat mengganggu kesejahteraan psikologis anak. “Sedih dan tidak habis pikir, ibunya beberapa kali bikin anaknya nangis dan tertawa memvideokan. Atau nakut-nakutin anak sampai nangis,” ujar salah satu pengguna.

Psikolog Anak: Mengukur Batasan dalam Bercanda

Psikolog anak Wilma Maharani memberikan pandangan mengenai bagaimana seharusnya orang tua memperlakukan bercandaan dengan anak. Ia menjelaskan bahwa anak-anak, khususnya di bawah usia 7 tahun, masih dalam tahap perkembangan yang membuat mereka sulit membedakan antara kenyataan dan imajinasi.

“Simak juga: Cacar Monyet, Gejala pada Anak-anak dan Remaja”

“Anak-anak di usia tersebut mungkin masih menghadapi tantangan dalam membedakan bercandaan dan hal yang serius. Mereka belum sepenuhnya memahami konsep yang abstrak,” ucap Wilma.

Untuk menghindari dampak negatif, orang tua perlu memperhatikan respons anak selama bercanda. Tanda-tanda seperti ketidaknyamanan, kebingungan, atau ketakutan bisa menunjukkan bahwa batasan telah terlampaui. “Ketika muncul tanda-tanda tersebut, orang tua perlu peka dan sadar untuk menghentikan aktivitas bercanda tersebut, dan menenangkan anak,” tambahnya.

Menjaga Kesejahteraan Anak: Tips dari Psikolog

Wilma juga memberikan beberapa tips untuk memastikan bercandaan tetap sehat dan tidak merugikan anak. Pertama, hindari candaan yang merendahkan atau berfokus pada aspek negatif dari anak, seperti kemampuan atau penampilan. Ini penting untuk menjaga harga diri anak.

“Kedua, pastikan bahwa anak dapat memahami konteks bercandaan yang sedang berlangsung. Orang tua perlu memastikan bahwa anak tahu bahwa kegiatan tersebut adalah bercandaan dan bukan hal yang serius,” tandasnya.

Melalui pendekatan yang penuh perhatian dan pemahaman, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan psikologis anak tanpa mengorbankan kedekatan dan kegembiraan dalam bercanda.