Whisky galore movie – EA mengubah Dragon Age: The Veilguard dari game single player menjadi live service.
Perubahan itu datang atas desakan eksekutif yang ingin fitur berkelanjutan.
Tim BioWare sempat menolak, tapi akhirnya mengikuti arahan perusahaan.
“Baca Juga: Utang Arisan Memicu Pembunuhan, 2 Emak Tewas Bunuh Teman“
Konflik Internal dan Pengunduran Diri
Creative Director Mike Laidlaw menolak DNA baru game itu.
Ia memilih mundur ketika EA memaksakan elemen multiplayer.
Matt Goldman lalu menggantikan Laidlaw memimpin proyek tersebut.
Kembali ke Mode Single Player
Setelah beberapa tahun, eksekutif EA mengembalikan game ke konsep awal.
Mereka menghentikan rencana live service tanpa memperpanjang masa pengembangan.
Tim lalu melakukan recasting cerita dan mengubah struktur game secara mendadak.
Waktu Terbatas Menyelesaikan Game
BioWare hanya punya 18 bulan untuk menyelesaikan pengembangan ulang.
Deadline ketat memaksa tim mengambil keputusan terburu-buru.
Akibatnya, banyak fitur cerita dan dunia game yang terpaksa dipangkas.
Dampak pada Cerita dan Dialog
Alpha playtest mengungkap dialog dan opsi cerita yang minim konsekuensi.
BioWare lalu menulis ulang dialog agar terasa lebih serius.
Namun keterbatasan waktu membuat perbaikan terasa setengah jadi.
Keraguan terhadap Masa Depan BioWare
Laporan Jason Schreier menyebut studio kini meragukan jalan ke depan.
Tim sudah mulai mengerjakan game Mass Effect terbaru sebagai redemption.
Mereka berharap judul berikutnya dapat memulihkan reputasi BioWare.
“Baca Juga: Resident Evil Requiem Tawarkan Mode First- dan Third-Person“
Kesimpulan
Keputusan berulang ulang dari manajemen EA menimbulkan krisis pengembangan.
Perubahan fokus live service dan kembali ke single player berjalan terburu-buru.
Akibatnya, Dragon Age: The Veilguard gagal memuaskan penjualan dan persepsi gamer.