Platform Telegram Memanipulasi Jumlah Pengguna

Whisky galore movie – Platform Telegram tengah menghadapi badai masalah di Eropa. Setelah CEO Pavel Durov menghadapi tuntutan pidana di Prancis, kini Platform perpesanan ini juga menjadi pusat perhatian Uni Eropa. Investigasi yang dilakukan oleh Joint Research Centre (JRC), sebuah departemen di bawah Komisi Eropa, menyoroti dugaan bahwa Telegram mungkin telah memanipulasi data jumlah penggunanya. Berikut adalah rincian mengenai isu ini dan dampaknya bagi Telegram.

Tuduhan Manipulasi Data Pengguna

Telegram kini berada di bawah sorotan Uni Eropa karena tuduhan bahwa mereka mungkin sengaja mengecilkan jumlah penggunanya di Eropa. Juru bicara Komisi Eropa untuk isu digital, Thomas Regnier, mengungkapkan bahwa mereka memiliki metode sendiri untuk menentukan akurasi data pengguna. “Kami memiliki cara melalui sistem dan perhitungan kami sendiri untuk menentukan seberapa akurat data penggunanya,” kata Regnier, seperti dikutip dari Ars Technica.

“Baca juga: Reality Show Netflix, Kontroversi Pemenang Didiskualifikasi”

Regnier juga menambahkan bahwa jika Komisi Eropa merasa data yang diberikan Telegram tidak akurat, mereka bisa menetapkan platform tersebut sebagai “platform online besar” berdasarkan investigasi mereka sendiri. Platform dengan jumlah pengguna di atas 45 juta di Uni Eropa wajib mematuhi Digital Services Act (DSA) yang lebih ketat, termasuk standar moderasi konten yang lebih tinggi dan kewajiban untuk membagikan data dengan Komisi Eropa.

Dampak dan Risiko dari Ketidakpatuhan

Pada Februari lalu, Telegram menyebutkan bahwa mereka memiliki 41 juta pengguna di Uni Eropa. Namun, mereka tidak memperbarui data pengguna mereka bulan ini seperti yang diharapkan, dan hanya mengklaim bahwa jumlah pengguna aktif bulanannya di Eropa jauh di bawah 45 juta. Akibatnya, petinggi Uni Eropa menuduh Telegram melanggar ketentuan DSA. Jika investigasi menemukan bahwa jumlah pengguna Telegram sebenarnya melebihi 45 juta, platform ini bisa menghadapi denda hingga 6% dari total pendapatan tahunan mereka.

Regulier Eropa percaya bahwa investigasi teknis mereka akan mengungkapkan bahwa jumlah pengguna Telegram di Eropa lebih dari 45 juta orang, yang berarti Telegram harus mematuhi regulasi yang lebih ketat dan melaporkan data pengguna secara lebih transparan.

“Simak juga: Asuransi untuk iPhone dari Blibli Selama 12 Bulan Gratis”

Krisis Ganda: Tuntutan Pidana di Prancis

Masalah Telegram semakin rumit dengan tuntutan pidana yang dihadapi CEO Pavel Durov di Prancis. Durov, yang baru-baru ini didakwa, menghadapi tuduhan keterlibatan dalam penyebaran pornografi anak, obat-obatan terlarang, dan software peretasan, serta menolak bekerjasama dalam penyelidikan aktivitas ilegal. Setelah ditahan beberapa hari, Durov dibebaskan bersyarat setelah membayar jaminan sebesar 5 juta Euro (sekitar Rp 86 miliar). Dia juga dilarang meninggalkan Prancis dan harus melapor ke kantor polisi dua kali seminggu hingga investigasi selesai.

Telegram, dengan hampir satu miliar pengguna di seluruh dunia, kini menghadapi tantangan besar baik dari sisi regulasi Eropa maupun masalah hukum yang melibatkan CEO-nya. Bagaimana hasil investigasi Uni Eropa dan proses hukum di Prancis akan mempengaruhi masa depan Telegram masih harus ditunggu.